:: KONTRIBUSI BUDAYA DALAM BIDANG TI (TUGAS 1)

Posted on 10.46 | By yusup.1a113034 | In

Sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Seseorang menggunakan teknologi karena manusia memiliki akal dan pikiran. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya dan pikirannya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya.

Pada hakekatnya manusia secara kodrati bersifat sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Dikatakan sebagai makhluk individu karena setiap manusia berbeda-beda dengan manusia yang lain dalam hal kepribadian, pola pikir, kelebihan, kekurangan dan kreatifitas untuk mencapai cita-cita. Sehingga sebagai pribadi-pribadi yang khas tersebut manusia berusaha mengeluarkan segala potensi yang ada pada dirinya dengan cara menciptakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa bantuan orang lain. Potensi-potensi manusia sebagai makhluk individu dapat dituangkan dalam sebuah karya seni, sains, dan teknologi.

Baik sains, teknologi maupun seni dan hasil produknya dapat dirasakan disetiap aspek kehidupan manusia dan budayanya. Sehingga pengaruh sains, teknologi, seni bagi manusia dan budaya dalam masyarakat dapat berpengaruh baik secara negatif maupun secara positif.

Budaya adalah hasil karsa, dan karya manusia yang dapat dinikmati dan dihargai. Dia tumbuh dalam kearifan lokal masyarakat kita. Sedangkan karakter adalah perangai atau tingkah laku yang menjadi watak manusia dalam berinteraksi kepada sesama. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter harus diberikan kepada para generasi muda yang telah melek Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Generasi muda yang bukan hanya cerdas OTAK, tetapi juga WATAK. Generasi ini biasa disebut C-Generation. Sebuah generasi yang benar-benar telah melek TIK, dan mampu memanfaatkannya.

Tapi dari semua dampak negatif yang terjadi pada kebudayaan, dampak positif yang ditimbulkan juga cukup besar seperti:

  • Kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological progress)kemajuan yang terjadi karena tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan yang sama.
  • Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress). Kemajuan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.
  • Kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-saving technological progress). Fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju, yang lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modalnya.

C-Generation terlahir dari dunia digital yang terus berkembang. Oleh karena itu para penduduknya disebut digital native. Dalam penduduk digital native, aktivitas belajar C-Generation tidak lagi menggunakan cara-cara konvensional. Mereka sudah terbiasa dengan cara-cara modern yang mengikuti perkembangan teknologi web 3.0 yang sebentar lagi akan kita gunakan di negeri ini. Belajar tidak lagi di dalam kelas, dan bertatap muka secara langsung, tetapi bisa dimana saja, dan kapan saja. Di sinilah diperlukan pendidikan budaya dan karakter. Dengan begitu etika atau budi pekerti tetap terjaga.

Pendidikan budaya dan karakter diberikan dengan cara-cara alamiah. Dia tumbuh dari generasi yang telah melek TIK. Diperlukan peran TIK yang begitu besar dalam proses pembelajarannya sehingga budaya, dan karakter itu berubah menjadi cara-cara ilmiah yang membuat para pendidik atau guru tak bisa lepas dari 5K. Konvergensi, Kontekstual, Kolaborasi, Konektivitas, dan Konten kreatif jelas akan menguasai dunia di abad 21 ini.

Arus deras 5K akan dihadapi oleh kita yang mendapat julukan “digital imigran” (pendatang baru dalam dunia digital). Kita harus belajar teknologi menuju masyarakat berpengetahuan. Dibutuhkan pendidikan budaya dan karakter unggul untuk menghadapinya. Kita pun harus belajar sepanjang hayat.

TIK begitu cepat sekali perkembangannya, dan telah membuat sendi-sendi kehidupan masyarakat terpengaruh karenanya. Semua hal yang bersangkut paut dengan hajat hidup orang banyak akan menggunakan TIK untuk memudahkannya. TIK menjadi sebuah alat bantu manusia yang terus menerus melayani manusia dari mulai bangun tidur hingga mau tertidur lagi.

Dari sini sebuah generasi baru jelas akan muncul. Generasi baru yang benar-benar melek TIK, dan dekat dengan 5K.  Mereka sudah terbiasa saling terkoneksi untuk berbagi. Berbagi pengetahuan, dan sharing pengalaman. Terjadi konvergensi antar mereka. Merekapun saling berkolaborasi dalam menemukan konten-konten kreatif yang pada akhirnya membuat mereka bersinggungan dengan dunia nyata atau kontekstual. Di situlah era web 3.0 berperan. Komunikasi dengan mudah dilakukan dalam jarak yang jauh, dan duniapun serasa berada dalam gengaman tangan. Tembok pemisah antar negara seolah tiada lagi.

Pendidikan budaya, dan karakter tentu tak luput dari perhatian kita. Sebab budaya dan karakter harus diberikan kepada para C-Generation agar meraka tak salah arah. Peran TIK jelas sangatlah penting, dan para pendidik harus mampu menjadi guide atau pemandu dalam bidang TIK agar budaya dan karakter bangsa dapat terjaga.
 

Sumber :
  • http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/27/pendidikan-budaya-dan-karakter-melalui-tik-337867.html 
  • http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2012/09/20/dampak-perkembangan-teknologi-informasi-488600.html

Comments (0)

Posting Komentar