:: MEMAKNAI ARTI KEMENANGAN DAN KEKALAHAN (TUGAS 2)

Posted on 10.54 | By yusup.1a113034 | In

Ada dua tipe orang dalam menghadapi suatu kekalahan, yaiut dia yang setelah kalah segera melakukan evaluasi dan introspeksi untuk mengetahui mengapa dia kalah. Setelah itu, dia mengambil pelajaran dari apa yang dilakukannya. Juga melakukan berbagai perbaikan. Kemudian, siap untuk berjuang lagi bagi sebuah kemenangan di hari esok.

Sedangkan tipe orang kalah yang kedua adalah dia yang tidak pernah bisa menerima kenyataan bahwa dia kalah. Bukan melakukan introspeksi, tetapi sibuk dan justru menuding ke kiri dan ke kanan. Menyalahkan yang lain. Bukan dia yang kurang, tetapi yang lain.

Kekalahan terkadang membuat seseorang kehilangan keberaniannya untuk dapat kembali berkompetisi. Dia tidak yakin akan kemampuannya setelah itu. Dia takut akan kalah untuk kedua kalinya. Terlebih malu kepada orang-orang disekitarnya. “Mereka pasti akan menganggap saya bodoh dan tidak berbakat”. Hal yang seperti inilah yang justru membuat kekalahan akan semakin mendekati anda. Ketika anda kehilangan rasa percaya diri anda, maka akan mudah bagi kekalahan untuk menghampiri anda. Bagaimana anda bisa meraih kemenangan anda , jika anda sendiri pun tidak yakin dengan kemampuan yang anda miliki.

Menang bukanlah harus selalu menjadi yang pertama, melainkan ketika anda telah berhasil melakukan sesuatu hal yang lebih baik dari sebelumnya. Ketika seseorang mampu bangkit dari kegagalannya dan mampu mengalahkan segala ketakutan pada dirinya, itulah kemenangan yang sebenarnya. Dan kemenangan yang mutlak, adalah ketika anda meraih kemenangan itu dengan seadil-adilnya dan tanpa ada kecurangan apapun di dalamnya.

Kesalahan besar jika anda membicarakan kekalahan orang lain dan menyanjung kemenangan diri sendiri. Kekalahan seseorang bukan karena dia bodoh atau tidak memiliki bakat. Jadi anda, janganlah menjauhinya, apalagi membicarakan suatu hal yang buruk dibelakangnya. Karena anda sendiri tidak akan pernah tahu, jika seseorang yang anda bicarakan saat ini, mungkin suatu saat akan lebih sukses dari anda, dan dialah yang akan mengambil kemengangan anda.

Kalah juga indah

Tidak ada yang melarang manusia mengejar kemenangan. Kemenangan ibarat padi bagi petani, seperti ikan buat nelayan. Ia pembangkit energi yang membuat kehidupan berputar. Ia pemberi semangat agar manusia tidak kelelahan. Namun seberapa besar pun energi maupun semangat manusia, bila putaran waktunya kalah, tidak ada yang bisa menolaknya.

Oleh karena itulah, orang bijaksana belajar melatih diri untuk tersenyum baik di depan kemenangan maupun kekalahan. Berjuang, berusaha, bekerja, berdoa tetap dilakukan. Namun bila hadiahnya kekalahan, hanya senyuman yang memulyakan perjalanan.

Membawa tropi sebagai simbol kemenangan itu indah. Dihormati karena menang juga indah. Tapi tersenyum di depan kekalahan, hanya orang yang pandangannya mendalam yang bisa melakukannya. Ibarat gunung, pemenang-pemenang itu serupa dengan batu-batu di puncak gunung. Mereka tidak bisa duduk di puncak gunung bila tidak ada batu-batu di dasar dan lereng gunung (baca: pihak yang kalah).

Sebagian orang bijaksana malah bergumam, kekalahan lebih memulyakan perjalanan dibandingkan kemenangan. Terutama karena di depan kekalahan manusia sedang dilatih, dicoba, dihaluskan. Kekalahan di jalan ini berfungsi seperti amplas yang menghaluskan kayu yang mau jadi patung berharga mahal. Serupa pisau tajam yang sedang melukai bambu yang akan jadi seruling yang mewakili keindahan.

Kesabaran, kerendahatian, ketulusan, keikhlasan, itulah kualitas-kualitas yang sedang dibuka oleh kekalahan. Serangkaian hadiah yang tidak mungkin diberikan oleh kemenangan. Ia yang sudah membuka pintu ini, akan berbisik: kalah juga indah!. Itu sebabnya seorang guru pernah berpesan: “0ld friends pass away, new friends appear. The most important thing is to make it meaningful“. Semua datang dan pergi (kemenangan, kekalahan, keberuntungan, kesialan), yang paling penting adalah bagaimana mengukir makna dari sana.

Jarang terjadi ada manusia yang mengukir makna mendalam ditengah gelimang kemenangan. Terutama karena kemenangan mudah sekali membuat manusia tergelincir ke dalam kemabukan dan lupa diri. Pengukir-pengukir makna yang mengagumkan seperti Kahlil Gibran, Jalalludin Rumi, Rabindranath Tagore, Thich Nhat Hanh semuanya melakukannya di tengah-tengah kesedihan. HH Dalai Lama bahkan menerima hadiah nobel perdamaian sekaligus penghargaan sebagai warga negara kelas satu oleh senat AS, setelah melewati kesedihan dan kekalahan selama puluhan tahun di pengasingan.

Memaknai kekalahan

Mengukir makna memang berbeda dengan mengukir kayu. Dalam setiap konstruksi makna terjadi interaksi dinamis antara realita sebagaimana apa adanya dengan kebiasaan seseorang mengerti (habit of undestanding). Ia yang biasa mengerti dalam perspektif tidak puas, serba kurang, menuntut selalu lebih, akan melihat kehidupan yang tidak menyenangkan di mana-mana. Sebaliknya, ia yang berhasil melatih diri untuk selalu bersyukur, ikhlas, tulus lebih banyak melihat wajah indah kehidupan.

Belajar dari sini, titik berangkat dalam memaknai kekalahan adalah melihat kebiasaan kita dalam mengerti. Dalam bahasa seorang kawan: the blueprint is found within our mind. Membiarkan kemarahan dan ketidakpuasan mendikte pengertian, hanya akan memperpanjang daftar panjang penderitaan yang sudah panjang.

Seorang guru mangambil sebuah gelas yang berisi air, kemudian meminta muridnya memasukkan sesendok garam ke dalamnya dan diaduk. Setelah dicicipi ternyata asin rasanya. Setelah itu, guru ini membawa murid yang sama ke kolam luas lagi-lagi dengan sesendok garam yang dicampurkan ke air di kolam. Kali ini rasa air tidak lagi asin.

Inilah yang terjadi dengan batin manusia. Bila batinnya sempit dan rumit (fanatik, picik, mudah menghakimi) maka kehidupan menjadi mudah asin rasanya (marah, tersinggung, sakit hati). Tatkala batinnya luas tidak terbatas, tidak ada satu pun hal yang bisa membuat kehidupan jadi mudah asin rasanya.

Dengan modal seperti ini, lebih mudah memaknai kekalahan bila manusia sudah berhasil mendidik diri berpandangan luas sekaligus bebas. Berusaha, bekerja, belajar, berdoa itu adalah tugas-tugas kehidupan. Namun seberapa pun kehidupan menghadiahkan hasil dari sini, peluklah hasilnya seperti kolam luas memeluk sesendok garam (baca: tanpa rasa asin).

Apa yang kerap disebut menang-kalah, sukses-gagal dan bahkan hidup-mati, hanyalah wajah-wajah putaran waktu. Persis ketika jam menunjukkan sekitar jam enam pagi, waktunya matahari terbit. Bila jam enam sore putaran waktu matahari tenggelam. Memaksa agar jam enam pagi matahari tenggelam, tidak saja akan menjadi korban canda tetapi juga korban karena kecewa.

Maafkanlah bila terdengar aneh. Pejalan kaki ke dalam diri yang sudah teramat jauh bila ditanya mau kaya atau miskin, ia akan memilih miskin. Bila diminta memilih antara menang dan kalah, ia akan memilih kalah. Kaya tentu saja berkah, namun sedikit ruang-ruang latihan di sana. Miskin memang ditakuti banyak orang, namun kemiskinan menghadirkan daya paksa yang tinggi untuk senantiasa rendah hati. Menang memang membanggakan, namun godaan ego dan kecongkakannya besar sekali. Kalah memang tidak diinginkan nyaris semua orang, tetapi kekalahan adalah ibunya kesabaran.

Seorang guru meditasi yang sudah sampai di sini pernah berbisik, finally l realize there is no difference between mind and sky. Inilah buah meditasi. Batin menjadi seluas langit. Tidak ada satu pun awan (awan hitam kesedihan, awan putih kebahagiaan) yang bisa merubah langit. Dan ini lebih mungkin terjadi dalam manusia yang sudah berhasil memaknai kekalahan.


Sumber :
  • http://gemintang.com/kisah-sukses-motivasi-inspirasi/apalah-arti-kemenangan-dan-kekalahan/
  • http://gedeprama.blogdetik.com/2009/10/24/kekalahan-kemenangan-keindahan/
  • http://www.presidenri.go.id/index.php/buku/2014/04/03/29.html

Comments (0)

Posting Komentar